ANALISIS
KRL JABODETABEK DARI MASA KE MASA
Kini, suasana semacam itu
tak lagi terasa. PT Kereta Api Indonesia yang menginjak usia 72 tahun pada 28
September 2017 telah membenahi pelayanan KRL secara bertahap.
PT KAI menghadirkan
layanan KRL commuter line yang semua gerbongnya dilengkapi
pendingin ruangan dan kursi yang empuk. Sistem pembelian tiket juga tak lagi
menggunakan kertas.
Tak dapat dipungkiri, KRL
merupakan transportasi massal yang menjadi andalan warga di Jabodetabek.
Seperti apa tahap demi tahap perubahan yang terjadi dalam layanan KRL
Jabodetabek? Mari ikut perubahan wajah KRL dari masa ke masa.
Perkembangan kereta api
Perkembangan teknologi
perkereta-apian berkembang pesat setelah mesin uap ditemukan olehJames
Watt tahun 1769. Penemuan ini mendorong Nicolas Cugnot membuat kendaraan
beroda tigaberbahan bakar uap dikenal orang-orang sebagai kuda
besi. Kemudian Richard Trvithick tahun 1809 memperagakan kereta api
penumpang yang ditarik lokomotif uap pada suatu jalur di London sebagai awal
mula kereta api. Sementara perjalanan kereta api komersial pertama dilakukan,
15 September 1830 menghubungkan Liverpool-Manchester (Inggris) ditarik
lokomotif uap buatan George Stephenson (1829). Setelah itu dilakukan
penyempurnaan dan penyempurnaan dilakukan untuk mendapatkan lokomotif uap lebih
efektif, berdaya besar dan mampu menarik kereta lebih banyak.
Penemuan dinamo listrik
oleh Michael Faraday (1831) mengilhami para ahli untuk
membuatperalatan listrik dan motor listrik. Motor
listrik kemudian digunakan untuk membuat trem listrik sebagai cikal
bakal kereta api listrik (KRL). Begitu pun, Rudolf Diesel (1897)
menemukan mesin disel berbahan bakar solar, digunakan pula
untuk mesin penggerak lokomotif kereta api menjadi lebih bertenaga dan
efesien. Perkembangan teknologi berkembang pesat terutama di
bidang kelistrikan dan magnet,sehingga dibuatlah kereta api
magnet super-cepat. Kereta api super-cepat itu dioperasikan pertama
kali di Jepang menandai dibukanya Olimpiade Tokyo (1964) ternyata meraih sukses
luar biasa. Dalam waktu 3 tahun kereta api peluru Shinkansen saat
itu dapat melayani 100 juta penumpang.
KRL
adalah kereta rel listrik untuk daerah jabodetabek yang sudah ada pada jaman
1925. Kereta api dengan lokomotif listrik pertama buatan Belanda mulai
beroperasi di Jakarta pada 1925 sampai 1976. Lokomotif listrik ini bernama
Electrische Staats Spoorwegen (ESS) atau Lokomotif Djokotop. Kereta tersebut
juga dikenal dengan nama Lokomotif Bonbon. Lalu berjalannya waktu tahun 1976 Kereta lokomotif listrik digantikan KRL dari Jepang. Pedagang kaki lima (PKL) dan pengamen dengan bebasnya
berpindah dari satu gerbong ke gerbong lainnya. Para pengamen memetik gitar
mereka di tengah ramainya penumpang KRL. Sementara pedagang menawarkan
gorengan hingga penjepit rambut kepada para penumpang yang sedang duduk maupun
berdiri di gerbong. Pedagang tak hanya bebas mondar-mandir di dalam gerbong
kereta, mereka juga menjajakan barang dagangan di bantaran rel layaknya pasar
tumpah. Namun, kondisi seperti itu tak lagi terasa. PT Kereta Api
Indonesia terus berbenah. Pelayanan KRL terus diperbaiki secara bertahap, mulai
dari tak ada penumpang di atap kereta, hingga PKL, maupun pengamen di dalam
gerbong. Tidak hanya itu Para
penumpang masih naik ke atas atap KRL ekonomi. Mereka berebut memanjat ke atap
gerbong lewat jendela dan ini masih dilakukan hingga tahun 2006.
Pada tahun 2013 Kondisi
peron di sejumlah stasiun yang masih dipenuhi pedagang. Para pedagang bebas
berjualan, bahkan menggelar pasar tumpah di bantaran rel. Pada tahun
2009 PT. KAI membeli 8 kereta AC pertama seri 8500 yang kemudian
dibentuk menjadi satu rangkaian KRL. PT KAI membentuk anak perusahaan yang
khusus mengoperasikan KRL AC. Anak perusahaan ini diberi nama PT KAI Commuter
Jabodetabek atau KCJ. Tahun 2017, KCJ berganti nama menjadi PT KAI Commuter
Indonesia (PT KCI). Dengan berjalannya waktu tahun 2011 PT. KAI menerapkan pola
operasi loop line ini, tidak ada lagi KRL dari Bogor yang
langsung ke Tangerang, ataupun KRL dari Serpong yang langsung ke Bekasi. Tahun
2013 sudah tidak ada pedagang kaki lima yang berjualan di peron.
Perubahan layanan tiket pada 1 juli 2013 PT KCJ menerapkan sistem tiket elektronik. Tiket elektronik ini
menggantikan tiket kertas yang sebelumnya digunakan dan lebih mudah,lebih
modern. Agustus 2013 PT KCJ memberlakukan uang jaminan Rp 5.000 pada kartu single-trip.
Hal ini dilakukan menyusul banyaknya
kartu single-tripyang tidak dikembalikan sehingga membuat PT KCJ
merugi. Lalu tahun 2016 PT KAI mengeluarkan ending machine untuk mengurangi
transaksi di loket. Dengan adanya mesin ini, penumpang bisa membeli tiket
secara mandiri. Mesin ini dapat melayani semua transaksi, mulai dari pengisian
saldo KMT, pembelian, dan pengembalian THB. Pada tahun 2020 Rencananya,
pemerintah akan mengembangkan sistem transit oriented development (TOD).
KRL akan terintegrasi dengan moda transportasi lainnya yang berbasis kereta,
yakni MRT, LRT, dan kereta bandara. Selain itu, KRL terintegrasi dengan
transjakarta seperti di luar negri contohnya Jepang dan menumpang menghemat
waktu dan lebih nyaman menggunakan transportasi umum.