Selasa, 03 April 2018

ANALISIS KRL JABODETABEK DARI MASA KE MASA

ANALISIS KRL JABODETABEK DARI MASA KE MASA

Kini, suasana semacam itu tak lagi terasa. PT Kereta Api Indonesia yang menginjak usia 72 tahun pada 28 September 2017 telah membenahi pelayanan KRL secara bertahap.
PT KAI menghadirkan layanan KRL commuter line yang semua gerbongnya dilengkapi pendingin ruangan dan kursi yang empuk. Sistem pembelian tiket juga tak lagi menggunakan kertas.
Tak dapat dipungkiri, KRL merupakan transportasi massal yang menjadi andalan warga di Jabodetabek. Seperti apa tahap demi tahap perubahan yang terjadi dalam layanan KRL Jabodetabek? Mari ikut perubahan wajah KRL dari masa ke masa.
Perkembangan kereta api
Perkembangan teknologi perkereta-apian berkembang pesat setelah mesin uap ditemukan olehJames Watt tahun 1769. Penemuan ini mendorong Nicolas Cugnot membuat kendaraan beroda tigaberbahan bakar uap dikenal orang-orang sebagai kuda besi. Kemudian Richard Trvithick tahun 1809 memperagakan kereta api penumpang yang ditarik lokomotif uap pada suatu jalur di London sebagai awal mula kereta api. Sementara perjalanan kereta api komersial pertama dilakukan, 15 September 1830 menghubungkan Liverpool-Manchester (Inggris) ditarik lokomotif uap buatan George Stephenson (1829). Setelah itu dilakukan penyempurnaan dan penyempurnaan dilakukan untuk mendapatkan lokomotif uap lebih efektif, berdaya besar dan mampu menarik kereta lebih banyak.

Penemuan dinamo listrik oleh Michael Faraday (1831) mengilhami para ahli untuk membuatperalatan listrik dan motor listrik. Motor listrik kemudian digunakan untuk membuat trem listrik sebagai cikal bakal kereta api listrik (KRL). Begitu pun, Rudolf Diesel (1897) menemukan mesin disel berbahan bakar solar, digunakan pula untuk mesin penggerak lokomotif kereta api menjadi lebih bertenaga dan efesien. Perkembangan teknologi berkembang pesat terutama di bidang kelistrikan dan magnet,sehingga dibuatlah kereta api magnet super-cepat. Kereta api super-cepat itu dioperasikan pertama kali di Jepang menandai dibukanya Olimpiade Tokyo (1964) ternyata meraih sukses luar biasa. Dalam waktu 3 tahun kereta api peluru Shinkansen saat itu dapat melayani 100 juta penumpang.

KRL adalah kereta rel listrik untuk daerah jabodetabek yang sudah ada pada jaman 1925. Kereta api dengan lokomotif listrik pertama buatan Belanda mulai beroperasi di Jakarta pada 1925 sampai 1976. Lokomotif listrik ini bernama Electrische Staats Spoorwegen (ESS) atau Lokomotif Djokotop. Kereta tersebut juga dikenal dengan nama Lokomotif Bonbon. Lalu berjalannya waktu tahun 1976 Kereta lokomotif listrik digantikan KRL dari Jepang. Pedagang kaki lima (PKL) dan pengamen dengan bebasnya berpindah dari satu gerbong ke gerbong lainnya. Para pengamen memetik gitar mereka di tengah ramainya penumpang KRL.   Sementara pedagang menawarkan gorengan hingga penjepit rambut kepada para penumpang yang sedang duduk maupun berdiri di gerbong. Pedagang tak hanya bebas mondar-mandir di dalam gerbong kereta, mereka juga menjajakan barang dagangan di bantaran rel layaknya pasar tumpah.   Namun, kondisi seperti itu tak lagi terasa. PT Kereta Api Indonesia terus berbenah. Pelayanan KRL terus diperbaiki secara bertahap, mulai dari tak ada penumpang di atap kereta, hingga PKL, maupun pengamen di dalam gerbong. Tidak hanya itu Para penumpang masih naik ke atas atap KRL ekonomi. Mereka berebut memanjat ke atap gerbong lewat jendela dan ini masih dilakukan hingga tahun 2006.
Pada tahun 2013 Kondisi peron di sejumlah stasiun yang masih dipenuhi pedagang. Para pedagang bebas berjualan, bahkan menggelar pasar tumpah di bantaran rel.  Pada tahun  2009 PT. KAI membeli 8  kereta AC pertama seri 8500 yang kemudian dibentuk menjadi satu rangkaian KRL. PT KAI membentuk anak perusahaan yang khusus mengoperasikan KRL AC. Anak perusahaan ini diberi nama PT KAI Commuter Jabodetabek atau KCJ. Tahun 2017, KCJ berganti nama menjadi PT KAI Commuter Indonesia (PT KCI). Dengan berjalannya waktu tahun 2011 PT. KAI menerapkan pola operasi loop line ini, tidak ada lagi KRL dari Bogor yang langsung ke Tangerang, ataupun KRL dari Serpong yang langsung ke Bekasi. Tahun 2013 sudah tidak ada pedagang kaki lima yang berjualan di peron.
Perubahan layanan tiket pada 1 juli 2013 PT KCJ menerapkan sistem tiket elektronik. Tiket elektronik ini menggantikan tiket kertas yang sebelumnya digunakan dan lebih mudah,lebih modern. Agustus 2013 PT KCJ memberlakukan uang jaminan Rp 5.000 pada kartu single-trip. Hal ini dilakukan menyusul banyaknya kartu single-tripyang tidak dikembalikan sehingga membuat PT KCJ merugi. Lalu tahun 2016 PT KAI mengeluarkan ending machine untuk mengurangi transaksi di loket. Dengan adanya mesin ini, penumpang bisa membeli tiket secara mandiri. Mesin ini dapat melayani semua transaksi, mulai dari pengisian saldo KMT, pembelian, dan pengembalian THB. Pada tahun 2020 Rencananya, pemerintah akan mengembangkan sistem transit oriented development (TOD). KRL akan terintegrasi dengan moda transportasi lainnya yang berbasis kereta, yakni MRT, LRT, dan kereta bandara. Selain itu, KRL terintegrasi dengan transjakarta seperti di luar negri contohnya Jepang dan menumpang menghemat waktu dan lebih nyaman menggunakan transportasi umum.